Total Tayangan Halaman

Desember 29, 2013

Tugas 5

Contoh Paragraf Generalisasi, Analogi dan Kausalitas

Paragraf Generalisasi

          Perbankan Indonesia telah mengalami perubahan orientasi sejak terjadi deregulasi keuangan Di Indonesia. Sebelum tahun 1980-an, bank-bank masih merupakan lembaga yang berorientasi pada produk. Masyarakat yang membutuhkan pelayanan bank akan datang dan mencari bank. Berbeda dengan kondisi setelah tahun 1983, bank telah tumbuh spektakuler baik menyangkut jumlah bank maupun jumlah produk / jasa yang ditawarkan ditunjang pelayanan yang modern.Persaingan antar bank menjadi semakin tajam baik pada level inovasi produk, level bunga maupun level pelayanan. Jadi pelayanan sempurna, bahkan super sempurna menjadi keharusan bagi bank untuk memenangkan persaingan. Selain itu, bank juga harus menggeser orientasi produk ke orientasi nasabah.


Paragraf Analogi

           Pemberian subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menjadi agenda pemerintah ternyata bagaikan dua sisi mata uang yang berbeda, yaitu terdapat sisi positif dan sisi negatif. Di satu sisi, dengan tidak menaikkan harga BBM merupakan berita gembira untuk masyarakat. Namun di sisi lain hal tersebut membuat volume BBM meningkat sehingga beban pemerintah terhadap subsidi BBM semakin meningkat pula. Hal ini dapat di ibaratkan dengan sekeping mata uang logam yang memiliki 2 sisi mata uang dengan gambar dan maksud yang berbeda pada setiap sisinya. Ada konsekuensi dengan tidak dinaikkannya harga BBM yaitu bertambahnya volume pemakaian BBM. Namun di satu hal dengan di naikkannya Bahan Bakar Minyak ( BBM ) oleh pemerintah, biasanya bahan-bahan pokok kebutuhan sehari-hari pun ikut mengalami kenaikkan harga. Ini sangat memberatkan masyarakat pada umumnya terutama kalangan menengah ke bawah. Bahkan bukan hanya kebutuhan pokok saja, tapi pelayanan publik pun akan sendirinya mengalami kenaikkan tarif.


Paragraf Kausalitas ( Sebab – Akibat )

           Pemerintah dan Bank Indonesia, selama beberapa tahun ini terus menggaungkan rencana untuk melakukan penyederhanaan mata uang atau redenominasi. Dalam artian menghilangkan deretan angka nol dalam mata uang. Bisa tiga angka nol atau kurang yang dihilangkan. Penyederhanaan mata uang bukan memangkas nilai uang yang dimiliki masyarakat.Penghilangan angka nol dalam rupiah, dilakukan agar masyarakat terbiasa membawa uang pecahan kecil. Seiring dengan bertambahnya inflasi maka masyarakat dipaksa membawa uang dengan dengan nominal besar. Namun akibat dari penyederhanaan mata uang, nantinya uang logam akan muncul lagi padahal saat ini uang logam sudah jarang digunakan. Selain itu jika masyarakat tidak mengenal baik rencana redenominasi tersebut, maka akan menimbulkan inflasi yang tentunya mengganggu kinerja perekonomian Indonesia.

sumber : 

Tugas 4


Contoh Kerangka Karangan


Topik : Banjir.

Tujuan : Untuk mengetahui penyebab dan dampak banjir.

Tema : Banjir di Indonesia.

1. Banjir yang terjadi di Indonesia

1.1. Banjir di Pulau Jawa
1.1.1. Banjir di DKI Jakarta
1.1.2. Banjir di Surabaya

1.2. Banjir di luar Pulau Jawa
1.2.1. Banjir di Propinsi Nangroe Aceh Darusalam
1.2.2. Banjir di Papua

2. Penyebab Banjir di Indonesia

2.1. Faktor Alam
2.1.1 Cuaca yang Extrim
2.1.2 Banjir Kiriman

2.2. Kelalaian Manusia
2.2.1 Penebangan Hutan
2.2.2 Membuang Sampah Sembarang
2.2.3 Tanah Resapan Air Berkurang
2.2.4 Pendangkalan Sungai

3. Dampak yang timbul akibat Banjir

3.1. Timbulnya Penyakit
3.2. Mematikan Usaha
3.3. Kerugian Administrasi
3.4. Kembali ke Titik Nol

4. Menanggulangi Dampak Banjir

4.1 Penjagaan Area Resapan Air
4.2 Proyek Pengerukan Sungai
4.3 Reboisasi Hutan Gundul

sumber :

Warisan Utang Negara yang Turun-temurun



JAKARTA - Krisis moneter yang terjadi pada 1997-1998 menyebabkan perekonomian Indonesia terguncang. Hak tersebut juga ditunjukkan dengan semakin meningkatnya jumlah utang luar negeri (ULN) yang terus bertambah.

Seperti diketahui, sebelum krisis melanda Indonesia, jumlah ULN Pemerintah masih sekira USD53,8 miliar, angka ini memang sudah termasuk besar kala itu, namun sejak krisis hingga saat ini jumlahnya semakin membesar. ULN Indonesia periode 2007-2011 terus naik dari Rp1.385,55 triliun menjadi Rp 1.804,37 triliun dan Desember 2012 mencapai Rp1,850 triliun.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat total utang Indonesia pada November 2013 naik ke Rp2.354,54 triliun dari posisi Oktober sebesar Rp2.276,98 triliun. Jika dilihat secara year to date (ytd) dari 2012, maka utang tersebut mengalami kenaikan Rp367,83 triliun dari posisi pada 2012 sebesar Rp1.977,71 triliun.

Dikutip dari data DJPU, dalam 11 bulan ini, pemerintah telah mengeluarkan dana sekira Rp103,207 triliun untuk membayar bunga utang ini. Angka ini, merupakan realisasi sebesar 91,14 persen dari target sebesar Rp113,244 triliun.

Sementara untuk pembayaran pokok utang, tercatat sebesar Rp138,421 triliun atau 74,23 persen dari target sebesar Rp186,464 triliun. Adapun total dari pembayaran bunga dan utang sebesar Rp241,627 triliun.

Adapun pembayaran tersebut, terdiri dari cicilan pokok utang luar negeri Rp47,982 triliun, cicilan pokok utang dalam negeri Rp71 miliar, dan cicilan pokok surat utang negara (obligasi) Rp90,438 triliun.

Utang tersebut didominasi penerbitan obligasi alias surat berharga negara (SBN) yang mengalami kenaikan dari Rp1.590,23 triliun pada akhir Oktober, menjadi Rp1.663,61 triliun pada akhir Oktober ini. Obligasi tersebut terdiri dari denominasi Rupiah sebesar Rp1.270,75 triliun dan denominasi valuta asing (valas) sebesar Rp392,86 triliun.

Kreditur Utang Terbesar Indonesia

Utang luar negeri yang semakin membengkak, tidak luput dari negara-negara pemberi utang (kreditur). Tercatat pinjaman negara naik ke Rp690,92 triliun. Pinjaman luar negeri tercatat mengalami kenaikan dari Rp656,48 triliun pada akhir Oktober menjadi Rp688,98 triliun pada akhir November.

Pinjaman luar negeri tersebut berasal dari pinjaman bilateral sebesar Rp384,09 triliun, pinjaman multilateral sebesar Rp269,56 triliun, pinjaman komersial sebesar Rp34,99 triliun, dan supplierssebesar Rp350 miliar. Sedangkan pinjaman dari dalam negeri naik ke Rp1,94 triliun.

Berikut adalah negara-negara pemberi utang terbesar kepada Indonesia, Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Australia, China, Inggris, Jerman, Swiss, Perancis dan negara lainnya. Kreditur ULN tersebut terdiri dari negara pemberi pinjaman sebesar USD189,953 miliar, organisasi Internasional sebesar USD26,210 miliar dan pemberi pinjaman lainnya sebesar USD46,255 miliar.

Berdasarkan negara pemberi pinjaman, posisi utang terbesar datang dari Singapura sebesar USD47,364 miliar. Meski utang Indonesia dari negara tersebut menurun USD255 juta dari posisi September, namun masih memegang rekor sebagai negar pemberi pinjaman terbesar pada Indonesia.

Negara kreditur terbesar diikuti Amerika Serikat sebesar USD38,438 miliar, lalu Jepang USD36,711 miliar, Belanda sebesar USD13,461 miliar dan negara lainnya 16 negara lainnya dengan kompoisisi dibawah USD6 miliar.

Utang Tersebut Turun-temurun

Penyebab krisis, di antaranya adalah utang luar negeri yang terus membengkak, terhitung bulan Februari 1998 pemerintah melaporkan tentang utang luar negeri tercatat diantaranya utang swasta nasional USD73,962 miliar dan utang pemerintah USD63,462 miliar, jadi utang seluruhnya mencapai 137,424 miliar dolar AS.

Sementara itu, pada akhir 2004, utang Indonesia tercatat sekira Rp1.299,50 triliun, namun periode pertama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjabat Presiden, utang naik Rp724,22 triliun, angka ini menorehkan jumlah utang terbesar sepanjang tahun.

Bukan rahasia lagi, bila sejak zaman Bung Karno dan Pak Harto, Indonesia memang sudah memiliki utang yang sangat banyak, namun pemerintahan SBY merupakan rezim yang jumlah utangnya paling besar. Utang itu baru mungkin bisa dilunasi 45-65 tahun mendatang dengan syarat Indonesia menghentikan utang dan harus berusaha mencari sumber pendanaan pembangunan lain selain utang.

Berikut adalah jumlah utang yang ditinggalkan pada masa-masa krisis hingga sekarang.

Utang di Era Soekarno (1945–1966)

Presiden Soekarno mulai menjabat sejak 17 Agustus 1945, pada masa kekuasaannya, Soekarno meninggalkan utang luar negeri sebesar USD6,3 miliar yang terdiri dari USD4 miliar warisan utang Hindia Belanda atau sejak 1968 disepakati rentang 35 tahun dan jatuh tempo 2003. Selain itu, utang pemerintah USD2,3 miliar dengan rentang 30 tahun sejak 1970 dan jatuh tempo 1999.

Era Soeharto (1966–1998)

Presiden Soeharto menjabat selama 32 tahun terhitung sejak 1966 hingga Mei 1998, dalam masa pemerintahannya, Soeharto meninggalkan utang luar negeri sebesar USD136.088 (1997). Utang terseebut terdiri dari ULN Pemerintah sebesar USD53.865 dan ULN Swasta USD82.223.

Era Habibie (1998–1999)

Habibie menjabat sebagai Presiden di tengah kondisi krisis moneter yang dialami Indonesia saat itu. Presiden BJ Habibie meninggalkan ULN (1999) sebesar USD148.097 terdiri dari ULN pemerintah USD75.862 dan ULN Swasta USD72.235. Utang Pemerintah tersebut naik sebesar USD21.997 dibanding tahun 1997 sebesar USD53.865.

Era Abdurahman Wahid (1999–2001)

Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjabat sejak 21 Oktober 1999. Pada masanya utang luar negeri turun menjadi USD141.693 terdiri dari utang pemerintah sebesar USD74.916 dan utang swasta USD66.777.

Era Megawati (2001–2004)

Presiden Megawati Soekarnoputri mulai menjabat sejak 23 Juli 2001 sampai 21 Oktober 2004. Data Statistik Utang Luar Negeri Indonesia, mencatat utang hingga Februari 2010 sebesar USD141.273 terdiri dari utang pemerintah USD83.296 dan sawsta USD 57.977. Sedikit turun dari posisi total utang LN tahun 2000 yakni sebesar USD141.693.

Era Susilo Bambang Yudhoyono (2004–2009)

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjabat sejak 21 Oktober 2004 sampai dengan saat ini. Selama periode pertama kekuasaannya pada 2004 hingga 2009. Berdasarkan data Statistik Utang Luar Negeri Indonesia, pada Februari 2010 posisi utang luar negeri sampai Oktober 2009 meningkat menjadi USD170,785 terdiri dari utang pemerintah USD98,859 juta dan swasta USD71.926.

Hingga hari ini, dalam era SBY jumlah utang Indonesia hingga November tercatat utang Indonesia pada November naik ke Rp2.354,54 triliun dari posisi Oktober sebesar Rp2.276,98 triliun. Jika dilihat secara ytd dari 2012, maka utang tersebut mengalami kenaikan Rp367,83 triliun dari posisi pada 2012 sebesar Rp1.977,71 triliun. (wdi)

Komentar :

Ini memang sudah menjadi tradisi masa jabatan presiden untuk meninggalkan hutang yg lebih banyak bagi ke periode presiden selanjutnya, hutang Negara semakin meningkat dari tahun ke tahun. Entah sampai kapan hutang tersebut akan lunas melihat jumlahnya yg benar2 sangat menakjubkan.


sumber:
http://economy.okezone.com/read/2013/12/24/20/916933/warisan-utang-negara-yang-turun-temurun

DANA KAMPANYE GERINDRA RP144 MILIAR



Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), pada Jumat petang, di Jakarta, termasuk yang terakhir melaporkan penerimaan dana kampanyenya ke Komisi Pemilihan Umum Pusat, yang mencapai Rp144 miliar, Bendahara Umum Partai Gerindra Thomas Djiwandono di Kantor KPU mengatakan dana Rp144 miliar tersebut murni dari laporan dana para calon legislatif partainyam Bahkan, kata Thomas, dana tersebut juga tidak sepeser pun yang berasal dari kas partai.

"Seluruh penerimaan itu berasal dari caleg, rata-rata ratusan (juta), jumlah caleg kami sekitar lima ratusan orang," ujarnya.

Menurut peraturan KPU (PKPU) Nomor 15 Tahun 2013, sumbangan dana kampanye partai politik dapat berasal dari badan usaha, perorangan dan calon anggota legislatif (caleg).

"Dari KPU kan aturannya (bisa menerima) dari badan usaha, perseorangan atau caleg. Dari Gerindra 100 persen caleg, ini sesuatu yang luar biasa," katanya.

Gerindra, lanjut Thomas, baru berhasil mengumpulkan laporan dana kampanye dari 70 persen jumlah calegnya. Partai, ujar Thomas, mengharapkan caleg untuk segera memberikan laporan penerimaan dana kampanyenya sesegera mungkin sebelum melewati tenggat waktu perbaikan dan pelaporan tahap kedua pada 2 Maret 2014.

"Namun, sebetulnya tidak ada (hambatan), kami harapkan 2 Maret 2014 (semua kewajiban caleg untuk melaporkan) bisa selesai," ujarnya.

Tenggat waktu laporan penerimaan sumbangan dana kampanye tahap pertama oleh parpol kepada KPU adalah Jumat hari ini.

Hingga Jumat petang, hanya PKS yang tercatat belum memberikan laporan mengenai sumbangan penerimaan danannya.

Sedangkan Golkar, masih diperlukan beberapa perbaikan untuk menyempurnakan laporan penerimaan sumbangan dana kampanyenya itu.

Dari informasi yang dihimpun di lapangan, laporan penerimaan dana kampanye yang sudah diterima KPU hingga Jumat petang adalah Nasdem sebanyak Rp41 miliar, PAN (Rp86 miliar), PKPI (Rp19 miliar), PBB (Rp29 miliar), PDI-P (Rp130 miliar), Gerindra (Rp144 miliar), PPP (Rp44,8 miliar), dan Demokrat (Rp135,5 miliar).

PKB belum diketahui secara rinci berapa jumlah dana sumbangan penerimaan yang telah dilaporkan ke KPU.

Kepala Biro Hukum Sekretariat Jenderal KPU Nur Syarifah mengatakan laporan penerimaan sumbangan dana kampanye itu juga mencakup besaran sumbangan yang diterima dan sumbernya.

Selain wajib melaporkan penerimaan sumbangan dana kampanye, parpol dan calon legislatif juga berkewajiban melaporkan pembukaan rekening khusus dana kampanye, yang diberikan tenggat waktu hingga 2 Maret 2014, kata Nur Syarifah.

Hal itu juga terkait sumber perolehan saldo awal atau saldo pembukuan, rincian perhitungan penerimaan dan pengeluaran yang sudah dilakukan sebelumnya. (Ant)


Komentar:

Angka yg cukup fantastis bagi 1 partai. Saat ini caleg dan partai memang sedang berlomba2 untuk menang karena sebentar lagi diadakan pemilu. Sebenarnya ini cukup menyia2kan uang. Karena uang itu tidak lebih hanya sekedar promosi dan membuang2 bahan2 promosi yg blm tentu bias dipakai.


sumber:
http://wartaekonomi.co.id/berita22004/dana-kampanye-gerindra-rp144-miliar.html

REALISASI IMPOR DAGING 2013 SEBANYAK 55.840,6 TON



Jakarta - Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian mengungkapkan realisasi impor daging sapi selama tahun ini hingga 22 Desember 2013 mencapai 55.840,6 ton atau meningkat dibandingkan 2012 yang sebesar 41.027,2 ton.

Kepala Barantan Banun Harpini di Jakarta, Jumat (27/12/2013), menyatakan sementara impor sapi bakalan hingga 27 Desember 2013 realisasinya mencapai 312.687 ekor, naik dari tahun lalu sebanyak 297.462 ekor.

"Sedangkan impor sapi potong tahun ini mencapai 94.949 ekor, untuk tahun lalu tidak ada impor sapi potong," katanya.

Pada kesempatan tersebut, Banun juga mengungkapkan, pihaknya selama 2013 telah melakukan penangkapan puluhan ton daging celeng yang dikirim dari Pulau Sumatera ke Pulau Jawa dengan cara ilegal.

Menurut dia, daging celeng yang sengaja didistribusikan secara ilegal diduga untuk dicampur dengan daging sapi karena mahalnya harga daging saat ini.

"Penangkapan daging celeng ini terus meningkat dipicu karena mahalnya harga daging sapi khususnya di Pulau Jawa," katanya.

Kepala Barantan menyatakan, pemasukan daging celeng melalui pintu masuk Merak, Cilegon terhitung sepanjang Januari hingga Desember 2013 sebanyak 14 kali dengan total tangkapan 12 ton dengan rincian 7.188 kg atau 7,1 ton ditangkap pada semester I/2013.

Sedangkan penangkapan daging celeng di semester II/2013 terjadi pada November 2013 sebanyak tiga kali dengan total tangkapan 3,4 ton, kemudian Desember jumlah tangkapan sebanyak 1,5 ton sehingga totalnya lima ton.

"Bengkulu, Jambi, Palembang dan Lampung adalah provinsi paling banyak memasok daging celeng. Keempat daerah itu disebut daerah berburu celeng. Tujuannya kebanyakan ke Jakarta," katanya.

Sementara itu, pada Jumat (27/12) Badan Karantina juga menggagalkan upaya pemasukan daging celeng tanpa dilengkapi dokumen karantina sebanyak dua ton di Pelabuhan Bakauheni Lampung dan 850 kg di Pelabuhan Merak, Cilegon. Upaya ini berhasil dengan menindaklanjuti informasi dari masyarakat.

Daging ini diangkut dengan truk bermuatan batu alam asal Bengkulu tujuan Tangerang. Saat ini daging yang tertangkap di Pelabuhan Merak ditolak masuk ke Pulau Jawa. (ant)

Redaksi

Foto: Sufri Y.

Komentar :

buruknya impor daging sapi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dan banyak sekali ternyata daging celeng ini beredar. Ditengah mahalnya daging sapi ini memang merupakan kesepatan pedangang nakal untuk mengoplos daging celeng dengan daging asli untuk mendapatkan keuntungan yg lebih banyak. Polisi harus bertindak tegas dan waspada dalam masalah ini. Jangan sampai merugikan konsumen.


sumber:
http://wartaekonomi.co.id/berita22022/realisasi-impor-daging-2013-sebanyak-558406-ton.html